Senin, 13 Juni 2016

buku cinta di ujung sajadah
buku cinta di ujung sajadah
Buku Cinta di Ujung Sajadah ini merupakan buku karya Asma Nadia yang direvisi ulang lagi. Sudah pernah diterbitkan oleh Lingkar Pena Publishing House. Namun sekarang dicetak ulang kembali oleh Asma Nadia Publishing House:)
Buku baru karya Asma Nadia ini akan segera difilmkan lho.. Udah tau kan buku apa aja yang sudah difilmkan?? Catatan Hati Seorang Istri dan Assalamualaikum Beijing. Yuk yang penasaran sama sinopsis dan resensi buku cinta di ujung sajadah silahkan dibaca ke bawah😀
====================================
Berikut adalah Sinopsis Buku Cinta di Ujung Sajadah…
====================================
Namanya Makky Matahari Muhammad dan Cinta menyimpan nama itu dengan baik di kepalanya. Bukan karena salam yang diucapkan lelaki itu saat pertama bertemu.
Tetapi karena kehadirannya membawa pelangi dalam hidup Cinta.

Belasan tahun menjalankan hidup sebagai piatu, Cinta bahkan tidak tahu wajah ibunya.
Papa dengan sempurna melenyapkan setiap jejak perempuan terkasih itu. Saat Papa menikah dengan Mama Alia, dan membawa dua saudara tiri, Cinta makin tersisih.

Ketika surga terenggut dari hari-hari Cinta, lelaki itu hadir.
Makky Matahari Muhammad yang humoris namun santun itu mengenalkannya pada dunia lain yang memberi kebahagiaan. Hingga sebuah rahasia besar belasan tahun terbongkar, dan Cinta harus menempuh perjalanan jauh yang memisahkan mereka.

___________________
Novel yang mampu memberikan porsi pada cinta, tanpa ada kedzaliman pada hati. Hingga cinta tak kenal galau. (Hamid Zanath Zayn)
Cerita cinta apik yang lebar. Nggak melulu cinta sama sang Makky. Tapi juga cinta bunda dan keluarga, sahabat, and ofcourse cinta kepada Allah make me love this book grin emotikon
(Linbud Binti Buyung)

Sungguh cerita yang menguras airmata. Tak bosan membaca novel ini berulang kali. Mengajarkan pembaca akan arti “surga di bawah telapak kaki ibu”. Menghibur sekaligus menjadi teladan bagi pembaca untuk selalu mendekatkan diri pada Tuhan.
(Ocha Thalib)

============================
Untuk resensi buku cinta di ujung sajadah kali diresensi oleh bungakaktus.wordpress.com
============================
Cinta adalah seorang gadis piatu. Belasan tahun ia mencari tahu siapa ibunya? Namun ayah Cinta tak pernah mau mengatakan siapa ibunya? Dimana ibunya berada? Bahkan Cinta tidak tahu bagaimana wajah ibunya. Ayah Cinta telah menghapus semua jejak tentang ibunya.
Cinta semakin merasa tersisih. Sejak ayahnya menikah dengan Mama Alia, dan membawa dua saudara tiri. Tak pernah ia temukan surga di rumahnya. Sampai suatu hari hadir seorang laki-laki, Makky Matahari Muhammad. Lelaki yang humoris tapi santun itu mengenalkan sebuah dunia baru kepada Cinta. Membawakan setitik cerah di kehidupannya.
Hingga terbongkarlah rahasia besar selama belasan tahun. Mungkinkah ibunya masih hidup? Munginkah Cinta dapat membalaskan jutaan rindu yang terpatri di mata perinya itu?
Cinta harus menempuh perjalanan jauh untuk membalaskan rindu di matanya itu. Menelusuri jejak ibunya di setiap penjuru langit.  Ketika dihadapkan dengan jalan buntu, Cinta berjuang. Ia semakin mendekatkan dirinya kepada Allah. Mencari-cari sebuah jawaban dimanakah ibunya? Dalam sujud-sujudnya yang panjang.
Hingga tuntas senja di Madinah.
Cinta di ujung sajadah
Ketika hamba kehilangan arah
Rindukan cinta yang tak kenal salah
Cinta… tanpa hawa dunia…
Potongan lirik lagu “Cinta di Ujung Sajadah” karya sang penulis Asma Nadia yang dinyanyikan oleh Bestari (Bersama Cinta dan Ridho Illahi).  Sebuah tim nasyid muslimah dengan personil awal: Yuni Prihayati, Farida Ariyani, Novi Kristiani, Ovi, dan Asma Nadia sendiri.
Penulis bernama Asma Nadia sudah tidak asing lagi di Forum Lingkar Pena. Terbukti dengan karya-karyanya berupa cerpen dan novel mendapatkan berbagai penghargaan. Selain menulis fiksi ataupun nonfiksi ia juga menulis sebuah lirik lagu yang sekarang menjadi sebuah sountrack novel. Lagu “Cinta di Ujung Sajadah” bersama lagu Bestari Nasyid lainnya dimuat dalam CD bonus setiap pembelian buku novel ini.
Novel ini merupakan revisi dari salah satu novel lamanya yang berjudul “Ada Rindu di Mata Peri”. Novel ini merupakan salah satu novel lama favorit Asma Nadia. Karena isinya bukan hanya mementingkan romantisme cinta antara laki-laki dan perempuan saja, tetapi berbicara tentang cinta yang lebih luas. Cinta yang menyentuh kita sehari-hari. Cinta seorang ibu yang terkadang dimaknai oleh seorang anak.
Novel ini membuat pembacanya mengikuti suasana novel. Sehingga tidak jarang ada bagian kisah yang membuat pembaca menguras air mata. Kisahnya yang sangat dramatis terasa begitu ringan dibaca, deskriptif, menarik, tetapi tidak mengurangi hikmah-hikmah yang terkandung dalam novel tersebut. Harus diakui, dalam novel ini tidak hanya menghibur pembacanya. Melainkan juga dapat menjadi teladan bagi para pembacanya.
Lewat novel ini kita akan dibawa ke masa lalu, yaitu saat Cinta berusia belasan tahun. Latar belakang novel ini sendiri adalah di beberapa kota besar di pulau jawa. Seperti Bogor, Jakarta, Bandung, sampai Jogjakarta. Ceritanya yang deskirtif menggambarkan realitas keadaan di setiap kota yang dijelajahi Cinta ketika pencarian ibunya.
Banyak konflik batin yang dialami Cinta sehingga membuat dirinya berubah menjadi lebih baik. Menjadi semakin dekat kepada Tuhannya. Selain itu karena sahabat-sahabat Cinta yang sangat mengerti arti persahabatan mengajarkan kita tentang sebuah kesetia kawanan.
Namun kekurangannya dalam kisah ini tidak berakhir happy ending. Sehingga cukup menguras air mata. Walaupun begitu, kita dapat memetik banyak teladan baik itu dari sifat-sifat Cinta, maupun arti sebuah cinta seorang anak terhadap ibunya. Membuat kita menyadari bahwa cinta seorang ibu itu sangatlah tulus.
Buku ini layak dibaca oleh semua kalangan yang mencari-cari arti sebuah cinta yang sebenarnya. Meski kebanyakan dalam novel ini mengisahkan tentang masa lalu Cinta saat berumur belasan tahun. Namun novel ini juga mengisahkan siapa sosok suami yang telah menikahi Cinta. Bukan hanya cinta antara laki-laki dan perempuan. Tapi juga cinta seorang anak terhadap ibunya.
Beruntunglah bagi setiap orang yang sampai sekarang dapat melihat ibu dan bapaknya masih ada di samping anak-anaknya. Cinta tidak pernah merasakan bahkan mengetahui wajah ibunya saja ia tidak pernah. Sahabat, pembantunya, dan sekarang yang menjadi suaminya lah yang masih bisa membuatnya merasakan surga itu.
Kendati begitu “Surga di bawah telapak kaki ibu” tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun. Berbaktilah kepada kedua orangtua terlebih lagi kepada ibu yang telah mengandung kita selama sembilan bulan. Sehingga sebesar ini merawat dan mendidik kita tanpa kenal keluh kesah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarlah dengan positif...